Friday, February 08, 2008
ARIEF BUDIMAN YANG KUKENAL (1)
Pada hari Kamis, 7 Februari 2007, Tien S Sada, yang tinggal di Amerika Serikat memberitahukan bahwa ada artikel di Jakarta Post, tentang Arief Budiman yang bekerja di Australia dan bisa dibaca pada alamat : http://www.thejakartapost.com/detailfeatures.asp?fileid=20080206.W06&irec=4 Judulnya: Arief Budiman: Defying the Chinese stereotype Kelihatannya artikel ini dibuat untuk menyambut hari raya imlek 2008 yang telah menjadi hari libur nasional ketika Gur Dur jadi presiden.
Setelah membaca segera diucapkan terima kasih kepada Tien untuk postingnya karena artikel tersebut menarik sekali. Selanjutnya saya tambahkan demikian. Jadi ingat waktu Arief masih pacaran dengan Leila, saya suka antar Arief dengan sepeda motor saya merk DKW. Setiap diantar selalu melalui jalan yang lain, saya sampai bingung. Ketika ditanya, Arief bilang sambil bergurau: "Supaya kamu tidak bisa datang sendiri ke rumah Leila". Ada cerita lucu yang juga saya masih ingat yaitu ketika Leila cerita bahwa dia baru baca buku kecil (buku Kenari) yang bagus sekali isinya dan lalu diperlihatkan kepada Arief. Ternyata siapa penulisnya? Arief bilang ke Leila: "Mau saja lu dibodohin sama bapak gue". Penulisnya bernama Soe Lie Pit, papinya Soe Hok Djin. Kenangan lain ialah ketika memetik rambutan di kebunnya Leila, sayang sekali semua itu tidak ada fotonya. Mungkin waktu itu saya sendiri belum bisa foto karena saya baru mulai belajar foto ketika demonstrasi berkat kenal dengan D.A. Peransi melalui Arief Budiman. Beberapa menit kemudian, tanpa terduga ada e-mail masuk dari Arief Budiman sendiri, surprise sekali dan tertulis sbb: "Eh, Bambang, awas lu jangan buka rahasia gue yang dulu2 ... Nanti orang nggak ada yang respek lagi sama gue ... He, he, he ... Arief"
Segera saya jawab sbb: "Tetapi saya tetap respek dengan Anda, jadi jangan kuatir. Terus terang saya banyak belajar dari Anda. Saya kenal dengan Anda dari Boen Liok yang punya cita-cita sejak SMA untuk masuk ke Fakultas Psikologi UI tetapi tidak diterima, malahan saya yang diterima. Mari kita tanya teman-teman yang lain, apakah dengan cerita saya dulu itu akan membuat mereka tidak respek lagi kepada Arief Budiman? Yang tidak respek lagi kepada Arief Budiman, silakan angkat tangan! Ada?" Memang Arief Budiman punya sense of humor yang tinggi, segera dibalasnya sbb: "Wah, kok semuanya pada angkat tangan ...Ini gara2 si Bambang nih .... Dasar brengsek ...." Syukurlah Kiki yang tinggal di Canada membantu saya sbb: "Beng, saya setuju dengan Anda. Biar bagaimanapun gurauan Arief, saya secara personal, selalu akan tetap respek Arief. Arief tokoh yang benar-benar ada 'isinya', nampak extremely humble (wah sorry sok Inggelis), bener-bener sederhana luar dan dalam (eh aku enggak lihat lho dalamnya), jadi ingat pepatah yang memakai kata-kata kalau padi menguning kan kelihatan seperti menunduk. Yang tegak-tegak gagah itu hanya gayah. Saya ragu-ragu apa Arief kenal saya ya? Mungkin harus dibilang, itu lho kiki yang hitam, mungkin paling hitam di kelas. Oh lupa, saingan saya ya satu-satunya Wisnu dalam hal perkulitan. Nah sekian, salam kangeen sekali, apalagi di masa pensiun sekarang. Rumah terasa sepi, jadi terasa sepi pula jauh dari teman-teman yang menyenangkan. Warmest regards (eh sok Inggris lagi), Kiki Tamkei"
Luar biasa Arief Budiman ini, e-mail Kiki di atas langsung dibalasnya sbb: Kiki, Saya masih ingat anda, si gadis kecil yang hitam manis ... (meski belum pernah dijilat ...) Cuma sudah lupa detail2nya .... Tapi kalau ketemu, pasti saya bisa cepat akrab lagi ... ini so pasti ... Iya, saya setuju usul si Bambang , supaya Kiki nulis otobiografi di blog ... Biar kita semua bisa bernostalgia. Tapi sebenarnya seruan ini berlaku buat kita semua, ya ... Ayo, siapa yang mau lebih dulu ..... Hup satu .. hup dua .. hup dua-setengah .. (Awas, jangan sampai ketiga, ya) AB
Terima kasih kepada Kiki dan AB untuk balasannya dan saya masih punya koleksi cukup banyak cerita tentang Arief Budiman. Sementara sekian dulu. Lain waktu akan disambung lagi sambil menanti autobiografinya Arief Budiman dan teman-teman yang lain.
Setelah membaca segera diucapkan terima kasih kepada Tien untuk postingnya karena artikel tersebut menarik sekali. Selanjutnya saya tambahkan demikian. Jadi ingat waktu Arief masih pacaran dengan Leila, saya suka antar Arief dengan sepeda motor saya merk DKW. Setiap diantar selalu melalui jalan yang lain, saya sampai bingung. Ketika ditanya, Arief bilang sambil bergurau: "Supaya kamu tidak bisa datang sendiri ke rumah Leila". Ada cerita lucu yang juga saya masih ingat yaitu ketika Leila cerita bahwa dia baru baca buku kecil (buku Kenari) yang bagus sekali isinya dan lalu diperlihatkan kepada Arief. Ternyata siapa penulisnya? Arief bilang ke Leila: "Mau saja lu dibodohin sama bapak gue". Penulisnya bernama Soe Lie Pit, papinya Soe Hok Djin. Kenangan lain ialah ketika memetik rambutan di kebunnya Leila, sayang sekali semua itu tidak ada fotonya. Mungkin waktu itu saya sendiri belum bisa foto karena saya baru mulai belajar foto ketika demonstrasi berkat kenal dengan D.A. Peransi melalui Arief Budiman. Beberapa menit kemudian, tanpa terduga ada e-mail masuk dari Arief Budiman sendiri, surprise sekali dan tertulis sbb: "Eh, Bambang, awas lu jangan buka rahasia gue yang dulu2 ... Nanti orang nggak ada yang respek lagi sama gue ... He, he, he ... Arief"
Segera saya jawab sbb: "Tetapi saya tetap respek dengan Anda, jadi jangan kuatir. Terus terang saya banyak belajar dari Anda. Saya kenal dengan Anda dari Boen Liok yang punya cita-cita sejak SMA untuk masuk ke Fakultas Psikologi UI tetapi tidak diterima, malahan saya yang diterima. Mari kita tanya teman-teman yang lain, apakah dengan cerita saya dulu itu akan membuat mereka tidak respek lagi kepada Arief Budiman? Yang tidak respek lagi kepada Arief Budiman, silakan angkat tangan! Ada?" Memang Arief Budiman punya sense of humor yang tinggi, segera dibalasnya sbb: "Wah, kok semuanya pada angkat tangan ...Ini gara2 si Bambang nih .... Dasar brengsek ...." Syukurlah Kiki yang tinggal di Canada membantu saya sbb: "Beng, saya setuju dengan Anda. Biar bagaimanapun gurauan Arief, saya secara personal, selalu akan tetap respek Arief. Arief tokoh yang benar-benar ada 'isinya', nampak extremely humble (wah sorry sok Inggelis), bener-bener sederhana luar dan dalam (eh aku enggak lihat lho dalamnya), jadi ingat pepatah yang memakai kata-kata kalau padi menguning kan kelihatan seperti menunduk. Yang tegak-tegak gagah itu hanya gayah. Saya ragu-ragu apa Arief kenal saya ya? Mungkin harus dibilang, itu lho kiki yang hitam, mungkin paling hitam di kelas. Oh lupa, saingan saya ya satu-satunya Wisnu dalam hal perkulitan. Nah sekian, salam kangeen sekali, apalagi di masa pensiun sekarang. Rumah terasa sepi, jadi terasa sepi pula jauh dari teman-teman yang menyenangkan. Warmest regards (eh sok Inggris lagi), Kiki Tamkei"
Luar biasa Arief Budiman ini, e-mail Kiki di atas langsung dibalasnya sbb: Kiki, Saya masih ingat anda, si gadis kecil yang hitam manis ... (meski belum pernah dijilat ...) Cuma sudah lupa detail2nya .... Tapi kalau ketemu, pasti saya bisa cepat akrab lagi ... ini so pasti ... Iya, saya setuju usul si Bambang , supaya Kiki nulis otobiografi di blog ... Biar kita semua bisa bernostalgia. Tapi sebenarnya seruan ini berlaku buat kita semua, ya ... Ayo, siapa yang mau lebih dulu ..... Hup satu .. hup dua .. hup dua-setengah .. (Awas, jangan sampai ketiga, ya) AB
Terima kasih kepada Kiki dan AB untuk balasannya dan saya masih punya koleksi cukup banyak cerita tentang Arief Budiman. Sementara sekian dulu. Lain waktu akan disambung lagi sambil menanti autobiografinya Arief Budiman dan teman-teman yang lain.
Sunday, February 03, 2008
BANJIR DI TANJUNG DUREN
Foto ini dibuat pakai camera handphone merk Philips pada hari Jumat tanggal 1 Februari 2008, sekitar Pk. 17.00.
Saat itu hujan sudah berhenti tetapi Jalan Tanjung Duren Raya di depan Apartemen Mediterania Garden Residence 1 yang berarti juga di depan kampus UKRIDA & BPK PENABUR, tidak dapat dilewati oleh mobil, begitu juga bus umum METRO MINI 91 yang melalui route ini lebih memilih parkir di depan Kantor Polisi Tanjung Duren yang lebih tinggi.
Sejak pagi hari Jalan Slipi mulai dari Mal Taman Anggrek sampai Mal Ciputra macet total dan ini terus berlangsung sampai malam hari.
Pk. 21.00 masih macet total dan suasana ramai sekali dengan penduduk yang harus jalan kaki kembali ke rumah masing-masing.
Bagi penulis, ini pengalaman kedua. Pertama pada tanggal 21 April 2004 ketika masih bekerja di BPK PENABUR dan berkantor di Gedung E UKRIDA, tidak bisa pulang karena banjir dan terpaksa menginap di kantor.
Tanggal 1 Februari 2008 juga tidak bisa pulang maka terpaksa menginap di apartemen MGR1.
Semula sudah tidak ingat, tanggal berapa kejadiannya tidak bisa pulang karena banjir pertama kali. Tetapi syukurlah alamat ini masih bisa diakses walaupun sudah tidak ada linknya dari website BPK PENABUR 2008 yang baru, http://www1.bpkpenabur.or.id/pcc/20040421.htm
Penulis ingat betul karena ada acara MALAM PUJIAN JAKARTA CHILDREN OF PEACE pada tanggal 21 April 2004 di Tennis Indoor Senayan. Putri penulis yang kedua, Sophia, tidak bisa pulang setelah selesai membantu panitia malam itu. Daisy Imelda terpaksa nginap di rumah penulis karena terjebak macet total tidak bisa pulang ke Green Garden dari Alaydrus. Berangkat dari Alaydrus pk. 15.00 dan tiba di rumah penulis di Roxy pk. 21.00. Benar-benar pengalaman yang sulit untuk dilupakan.
Saat itu hujan sudah berhenti tetapi Jalan Tanjung Duren Raya di depan Apartemen Mediterania Garden Residence 1 yang berarti juga di depan kampus UKRIDA & BPK PENABUR, tidak dapat dilewati oleh mobil, begitu juga bus umum METRO MINI 91 yang melalui route ini lebih memilih parkir di depan Kantor Polisi Tanjung Duren yang lebih tinggi.
Sejak pagi hari Jalan Slipi mulai dari Mal Taman Anggrek sampai Mal Ciputra macet total dan ini terus berlangsung sampai malam hari.
Pk. 21.00 masih macet total dan suasana ramai sekali dengan penduduk yang harus jalan kaki kembali ke rumah masing-masing.
Bagi penulis, ini pengalaman kedua. Pertama pada tanggal 21 April 2004 ketika masih bekerja di BPK PENABUR dan berkantor di Gedung E UKRIDA, tidak bisa pulang karena banjir dan terpaksa menginap di kantor.
Tanggal 1 Februari 2008 juga tidak bisa pulang maka terpaksa menginap di apartemen MGR1.
Semula sudah tidak ingat, tanggal berapa kejadiannya tidak bisa pulang karena banjir pertama kali. Tetapi syukurlah alamat ini masih bisa diakses walaupun sudah tidak ada linknya dari website BPK PENABUR 2008 yang baru, http://www1.bpkpenabur.or.id/pcc/20040421.htm
Penulis ingat betul karena ada acara MALAM PUJIAN JAKARTA CHILDREN OF PEACE pada tanggal 21 April 2004 di Tennis Indoor Senayan. Putri penulis yang kedua, Sophia, tidak bisa pulang setelah selesai membantu panitia malam itu. Daisy Imelda terpaksa nginap di rumah penulis karena terjebak macet total tidak bisa pulang ke Green Garden dari Alaydrus. Berangkat dari Alaydrus pk. 15.00 dan tiba di rumah penulis di Roxy pk. 21.00. Benar-benar pengalaman yang sulit untuk dilupakan.
Labels: banjir